Klik Semarang - Parijs van Java
Saturday, June 22, 2019
Sunday, August 23, 2015
Citynodes Simpul Kota
Palangkaraya
Citynodes ada lah sebuah website yang mengulas simpul kota secara mendetail. Bermula
dari tempat pertemuan sekelompok orang dengan orang lainnya untuk bertukar
barang-barang kebutuhan sehari-hari. Lama kelamaan tempat ini tumbuh menjadi
permukiman yang ramai dikunjungi orang dan menjadi sebuah kota. Selanjutnya didalam
kota muncul berbagai macam simpul atau “node” di mana orang berinteraksi baik untuk
kebutuhan ekonomi ataupun kebutuhan sosial.
Kota-kota
di Indonesia juga tumbuh sebagai tempat barter seperti diatas. Di semua
pertigaan jalan selalu timbul kegiatan ekonomi. Jika suatu tempat adalah titik
persimpangan ke berbagai permukiman maka tempat ini akan menjadi kota yang
besar. Di pulau Jawa titik simpul (nodes) bisa
berada di dekat pantai dimana ada kapal dari luar pulau datang untuk
berdagang. Kapal-kapal dari Tiongkok selama berabad-abad yang lalu berlabuh di
sebuah titik simpul untuk berdagang, menjual keramik ataupun sutera dan membeli
beras untuk dibawa ke Tiongkok untuk di jual. Di titik simpul tersebut terdapat
sungai yang menghubungkan kedaerah pedalaman. Karena waktu itu kapal-kapal
berusaha berlabuh didaerah yang tenang, maka pelabuhan terletak masuk kedalam
sungai atau muara sungai. Demikian pula
dengan titik simpul yang berada di pedalaman pulau, titik ini berada di
pertigaan atau perempatan jalan, disini akan tumbuh pasar dan permukiman para
pedagang dan akhirnya menjadi kota.
Tetapi
jangan lupa, tumbuhnya titik simpul menjadi kota sangat ditentukan oleh suasana
politik yang menguntungkan pertumbuhan. Tidak jarang suatu wilayah yang dulunya
adalah hutan dibangun kerajaan yang kemudian menjadi kota. Yogyakarta misalnya,
dulu adalah hutan Mentaok yang kemudian dibangun kota. Timbul pertanyaan,
apakah sebelum dibangun istana raja, di tempat itu sudah ada jalan yang
menghubungkan antar permukiman? Yang jelas ketika istana di Yogyakarta belum
jadi, Pangeran Mangkubumi, pendiri keraton Yogyakarta, tinggal di Gamping yang
terletak di sebelah barat Yogyakarta. Berarti di Gamping sudah ada permukiman, tetapi
data-data tentang kenyataan ini sulit didapat.
Karena
berada di pedalaman bagian selatan Pulau Jawa perhubungan antara Yogyakarta dengan
Tiongkok dan dunia di luar pulau Jawa pada waktu itu melalui daerah pesisir
utara. Maka dari Yogyakarta dan Surakarta harus ada jalan yang menghubungkan ke
titik simpul di Pantai Utara Jawa seperti kota Semarang sebagai jalur
perdagangan. Di Semarang sampai sekarang masih ada jalan utama ke Selatan,
Kerajaan Mataram, yang dinamai jalan Mataram.
Semarang
sebagai titik simpul kota dagang berkembang menjadi kota yang lebih besar dari pada
Yogyakarta. Disini terdapat pasar yang dijaman kolonial dulu disebut Pasar
sentral, pecinan dengan 13 kelenteng, stasiun kereta api pertama di Pulau Jawa,
dan pernah diadakan pameran dagang Koloniale Tentoonstelling yang di ikuti negara-negara
di seluruh dunia. Semarang sebagai titik simpul perdagangan antara kota-kota
diluar Jawa dan berbagai tempat di
pedalaman Pulau Jawa telah berkembang menjadi kota yang besar. Tetapi secara
politis setelah kemerdekaan Indonesia ibukota negara berada di Jakarta dan
semua pembangunan di fokuskan kesana, Semarang menjadi daerah belakang Jakarta dan
hanya menjadi kota terbesar ketiga setelah Surabaya.
Lain
halnya dengan Pulau Kalimantan. Karena di pulau ini terdapat banyak sungai besar,
perhubungan adalah melalui sungai. Pada pertemuan antara dua sungai, yaitu
sungai utama dan anak sungainya disitu akan tumbuh titik simpul perdagangan
yang akhirnya menjadi kota. Di Kalimantan Tengah misalnya, kota-kotanya berada
di pedalaman oleh karena itu hubungan perdagangan dengan dunia diluar pulau
berada disungai. Para pedagang yang datang ke Pulau ini biasanya berasal dari
Jawa dan Sumatra. Mereka datang dengan kapal dari laut terus menelusuri sungai
dan berhenti pada titik simpul
perdagangan yang jaraknya puluhan bahkan ratusan kilometer dari garis pantai. Kota-kota
tadi misalnya Sukamara, Pangkalan Bun, Sampit, Seruyan, Puruk Cahu, Buntok,
Muara Teweh, dan Kuala Kapuas yang semuanya berada dipedalaman dengan pelabuhan
sungai. Tetapi Kota Palangkaraya, seperti halnya kota Yogyakarta di Pulau Jawa,
tumbuh secara politis, karena kota ini didirikan sebagai ibukota Provinsi
Kalimantan Tengah, karena terletak benar-benar di di tengah-tengah Provinsi Kalimantan
Tengah. Dulunya Palangkaraya hanya dusun kecil yang bernama Pahandut.
Demikian
pula dengan kota Batam. Kota di atas pulau Batam ini dulunya adalah permukiman
kecil yang hanya dihuni oleh beberapa nelayan. Kota Batam didirikan pada tahun
1980 an untuk menyaingi Singapur karena jaraknya hanya beberapa kilometer.
Memang akhirnya Batam menjadi kota yang kumuh, tetapi permukiman nelayan ini
telah berkembang menjadi kota besar yang mampu menarik orang dari Pulau Jawa
untuk mengadu nasib. Pulau kecil ini kemudian di lengkapi dengan pelabuhan
laut, bandaran udara, permukiman mewah, mall, perkotan yang semuanya menjadi
simpul-simpul (nodes) di dalam kota yang terus berkembang.
Dari
uraian diatas, baik kota yang berkembang
alami atau dibangun secara politis, semuanya merupakan permukiman yang
mula-mula kecil kemudian berkembang menjadi kota. Didalamnya terdiri dari
berbagai simpul yang kemudian memacu kehidupan kota. Titik simpul itu adalah pecinan, artefak, kelenteng, pasar, tempat pameran, stasiun kereta api yang
semuanya itu kemudian berhubungan dengan kota pusaka dan kota cerdas. Poin-poin
ini kemudian kami angkat menjadi menu website “citynode” karena mereka adalah
titik simpul yang menggerakkan kota. Tidak lupa kami juga menghadirkan menu
buku yang berisi tentang buku Ruang dan Peristiwa: Arsitektur Tionghoa Dalam
Konteks Jawa. Orang biasanya membicarakan arsitektur Tionghoa di Tiongkok. Tetapi
kami menampilkan tulisan Dr. Pratiwo tentang arsitektur Tionghoa di Jawa karena
dalam tulisan ini banyak terungkap titik-titik simpul yang sangat relevan
dengan tujuan di bukanya website citynode.
Akhir
kata selamat menikmati tulisan-tulisan di website ini.
Manfaat Sejarah di Dunia ke Tiga
Old Bridge in Florence
Mempelajari masa lalu menjadi demikian
penting tatkala orang merasa bahwa kekacauan hidup hari ini berakar pada
tahun-tahun yang telah lewat. Sejarah menjadi sumber ide untuk meraba masa
datang dan mengatur kembali keadaan sekarang. Tetapi sejarah bukanlah medan
studi yang statis, ia sedinamis gelombang samudra, bahkan dalam beberapa hal
dapat menjadi gelombang yang paling dinamis dari hidup manusia. Apa yang
terjadi hari ini akan menjadi sejarah esok pagi, apa yang terjadi pagi ini
akan menjadi sejarah nanti sore. Revolusi Rumania yang memakan waktu 10 jam
barangkali contoh yang terbaik.
Kami tampilkan tulisan ini sebagai sebuah
dasar analisa sejarah kota Batavia yang penuh dengan dinamika dan perubahan.
Sebuah argumentasi kami bahwa sejarah kota adalah dasar perencanaan agar
Batavia tidak kehilangan rohnya.
Silahkan Baca Artikel lengkapnya di klikbatavia
Monday, February 9, 2015
Selamat Datang
Selamat datang di Klik Semarang, sebuah situs yang khusus menyoroti tentang sejarah, perencanaan, seni, dan arsitektur kota lama Semarang. Di awal abad ke 20 kota semarang di juluki “Parijs van Java” karena merupakan kota yang indah di Jawa dan keindahannya menyamai kota paris. Tetapi sekarang kota ini sudah kehilangan keindahannya. Bagian kota Semarang yang indah adalah kota lamanya tetapi sekarang mengalami banyak kerusakan lingkungan dan mati.
Berbagai cara telah dilakukan pemeritah kota dan beberapa Lembaga Swadaya masyarakat tetapi tetap saja Kota lama Semarang terus menerus sekarat. Kami berpendapat bahwa untuk mengembalikan keindahan kota Semarang membutuhkan usaha dari semua pihak, kesadaran akan pentingnya kota lama bagi kehidupan sekarang.
Untuk itulah kami menerbitkan kliksemarang, mengkampanyekan sejarah kota lama, perencanaan kota lama kepada siapa saja yang mencintai Semarang. Tentunya kami sangat senang jika anda berpartisipasi dalam website ini. Menulis komentar pada artikel di Klik Semarang adalah kehormatan kami. Bahkan hanya membaca artikel saja anda sudah berpartisipasi dalam menghidupkan kembali kota Semarang.
Selamat mengikuti.
Selamat mengikuti.
Pasar Johar
Fungsi Primair dan Sekunder
Lebih jauh lagi, bila kita. menata Simpang lima tentu perlu mengetahui fungsi-fungsinya secara pasti. Pembagian fungsi ruang menjadi fungsi ‘Primair’ dan fungsi 'Sekundair'. Fungsi ‘Primair' adalah fungsi yang secara konkret kita rasakan, sedang fungsi ‘Sekundair’ adalah fungsi yang bersifat simbolis saja. Fungsi 'Primair' dari Simpang lima dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Sebagai titik simpul sirkulasi kota atau persimpangan lima jalan, dimana untuk mengatur supaya tidak serawut tiap-tiap kendaraan harus memutari lapangan Pancasila ke arah kiri.
- Adalah tempat untuk rekreasi dan berbelanja. Dimana selain pertokoan, gedung bioskop; hotel, juga pedagang kaki lima.
- Sebagai tempat beribadat. Baik masjid Baiturrahman, maupun lapangan Pancasila sendiri pada hari-hari tertentu misalnya Idul-Fitri.
- Tempat fungsi ‘Sekundair’ adalah sebagai simbol masyarakat kota yang demokratis. Fungsi yang simbolis ini terbaca melalui bangunan-bangunan umum yang mengitari Simpang lima yang mana tidak ada bangunan yang paling menonjol fungsinya juga, di Simpang ini dilakukan rapat umum, kampanya, dan sebagainya. Rapat umum dan kampanye adalah fungsi 'Primair', tetapi dari kegiatan itu secara simbolis tentu fungsi 'Sekundair'nya yaitu demokrasi.
Berpijak dari dua macam fungsi inilah, seharusnya kita menata 'Simpang lima.
Apabila Lecorbusier mengatakan bahwa 'A house is a machine to live in’, bahkan secara ekstrem dia memberi contoh-contoh seperti kursi adalah mesin untuk duduk, tempat tidur adalah mesin untuk tidur. Dalam satu interpretasi yang berbeda, kota sebagai mesin yang walaupun hanya satu onderdilnya saja yang rusak mesin atau kota tersebut akan berjalan pincang.
Alun-alun Lama
Kardiovaskuler yang Tak Beres
Penataan kota yang terpadu harus merupakan satu koordinasi yang kompak antara faktor sirkulasi dan faktor tata guna tanah. Tentu dapat disimpulkan bahwa keadaan Simpang ini yang ramai dikunjungi orang, adalah akibat dari hubungan timbal balik antara fungsi-fungsi bangunan di sana dengan sistem aliran sirkulasi di dalam kota, di mana simpang lima merupakan titik simpul yang besar. Keterpaduan inilah yang membuat suasananya hidup.
Berdasarkan teori tersebut, maka usulan untuk menutup persimpangan ini dari kendaraan di malam Minggu nampak janggal. Karena dengan tertutupnya simpang lima bagi kendaraan. diharapkan dapat ditata menjadi tempat hiburan. walaupun fungsinya sebagai persimpangan lalu-lintas atau titik simpul sirkulasi kota dihilangkan. Bukankah ramainya Simpang lima karena dia adalah persimpangan dari lima jurusan?
Di samping itu akan timbul masalah yang kompleks pada jalan-jalan di sekitarnya seperti jalan Airlangga, jalan Mentri Supeno, jalan Pandanaran I dan II, jalan Seroja, serta jalan Ki Mangun Sarkoro. akan mengalami 'over louded trafic'. Jika diibaratkan sebagai susunan antara dua sistem yakni sistem Jasmani (wujud fisik) dan sistem rohani (wujud sosial), maka terganggunya sistem sirkulasi kota mirip 'Kardiovaskuler' yang tak beres kerjanya. Dengan terganggunya kardiovaskur, jasmanipun menjadi tidak sehat. Pengaruhnya tentu pada sistem rohani kota. misalnya warga kota yang tinggal di jalan Majapahit, untuk pergi ke jalan Pandanaran saja harus berputar-putar melalui jalan- jalan yang sempit dan padat volume lalu-lintasnya. Secara ekonomis berarti harus mengadakan dana bahan bakar tambahan. Secara sosial jelas tidak bisa cuci mata. Begitu dengan para penghuni rumah-rumah tinggal di jalan-jalan yang 'over loaded trafic' tadi penghuninya akan kehilang-an ketenangan dari suasana privacy, sebagai gantinya adalah suara kendaraan yang gaduh, yang serba tidak mengenakan.
Berdasarkan teori tersebut, maka usulan untuk menutup persimpangan ini dari kendaraan di malam Minggu nampak janggal. Karena dengan tertutupnya simpang lima bagi kendaraan. diharapkan dapat ditata menjadi tempat hiburan. walaupun fungsinya sebagai persimpangan lalu-lintas atau titik simpul sirkulasi kota dihilangkan. Bukankah ramainya Simpang lima karena dia adalah persimpangan dari lima jurusan?
Di samping itu akan timbul masalah yang kompleks pada jalan-jalan di sekitarnya seperti jalan Airlangga, jalan Mentri Supeno, jalan Pandanaran I dan II, jalan Seroja, serta jalan Ki Mangun Sarkoro. akan mengalami 'over louded trafic'. Jika diibaratkan sebagai susunan antara dua sistem yakni sistem Jasmani (wujud fisik) dan sistem rohani (wujud sosial), maka terganggunya sistem sirkulasi kota mirip 'Kardiovaskuler' yang tak beres kerjanya. Dengan terganggunya kardiovaskur, jasmanipun menjadi tidak sehat. Pengaruhnya tentu pada sistem rohani kota. misalnya warga kota yang tinggal di jalan Majapahit, untuk pergi ke jalan Pandanaran saja harus berputar-putar melalui jalan- jalan yang sempit dan padat volume lalu-lintasnya. Secara ekonomis berarti harus mengadakan dana bahan bakar tambahan. Secara sosial jelas tidak bisa cuci mata. Begitu dengan para penghuni rumah-rumah tinggal di jalan-jalan yang 'over loaded trafic' tadi penghuninya akan kehilang-an ketenangan dari suasana privacy, sebagai gantinya adalah suara kendaraan yang gaduh, yang serba tidak mengenakan.
Jalan Sekitar
Penataan Simpanglima yang "Holistik
Satu ciri utama dari kota-kota di Indonesia adalah adanya alun-alun sebagai paru-paru kota yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintahan maupun bangunan-bangunan umum lainnya. Pada kota-kota yang tumbuh karena berdirinya suatu kerajaan, alun-alun selain men-jadi satu dengan tata ruang Kraton, juga memiliki arti magis yang berhubungan dengan kepercayaan yang dianut oleh rakyat setempat. Di alun-alun Utara Yogyakarta misalnya, ada "Ringin Kurung' (Pohon beringin yang dipagari) yang selain menjadi simbol pengayoman juga dipercayai sebagai pohon yang mempunyai kekuatan magis. Sedang pada kota-kota di pantai Utara Pulau Jawa yang tumbuh secara organis, alun-alun biasanya hanya merupakan satu bundaran (Square) di tengah persimpangan jalan.
Demikian pula dengan Simpang Lima, sebuah alun-alun baru yang dikelilingi oleh lima jalan, yakni: Jalan Gajah Mada, Jalan KH. Ahmad Dahlan, jalan Jendral A Yani, Jalan Pahlawan, Jalan Pandanaran, dan yang keenam jalan Airlangga. Persimpangan ini merupakan tempat yang strategis bahkan boleh disebut salah satu sudut "Segitiga Komersial' (Johar - Tugu Muda - Simpang Lima) yang memiliki intensitas perdagangan sangat tinggi.
Asal muasal Simpang Lima yang terkenal ini bermula dari ide Presiden pertama RI Soekarno. Tatkala beliau melewati simpang empat jalan Pandanaran - jalan Jendral A Yani, jalan Gajah Mada - jalan Pahlawan (saat itu jalan Ahmad Dahlan belum ada) yang kanan kirinya masih sawah yang tergenang air di kala hujan. Beliau mendapat ide bahwa tempat itu baik untuk dibuat satu lapangan guna rapat umum yang mampu menampung sejuta rakyat. Presiden Soekarno juga mengusulkan untuk mendirikan Balai kota di tempat hotel Ciputra sekarang. Pelaksanaannya dengan cara gotong royong. seluruh warga Se-marang untuk menguruk sawah-sawah tadi dengan tanah. Dan akhirnya diresmikan tanggal 2 Juli 1969. Disitu Bapak Munadi (Gubernur Jawa Tengah waktu itu) mendapat inspirasi bahwa pada hakekatnya hari itu warga Semarang memindahkan alun-alun lama di kompleks pasar Johar ke alun-alun baru 'Simpang lima'.
Demikian pula dengan Simpang Lima, sebuah alun-alun baru yang dikelilingi oleh lima jalan, yakni: Jalan Gajah Mada, Jalan KH. Ahmad Dahlan, jalan Jendral A Yani, Jalan Pahlawan, Jalan Pandanaran, dan yang keenam jalan Airlangga. Persimpangan ini merupakan tempat yang strategis bahkan boleh disebut salah satu sudut "Segitiga Komersial' (Johar - Tugu Muda - Simpang Lima) yang memiliki intensitas perdagangan sangat tinggi.
Asal muasal Simpang Lima yang terkenal ini bermula dari ide Presiden pertama RI Soekarno. Tatkala beliau melewati simpang empat jalan Pandanaran - jalan Jendral A Yani, jalan Gajah Mada - jalan Pahlawan (saat itu jalan Ahmad Dahlan belum ada) yang kanan kirinya masih sawah yang tergenang air di kala hujan. Beliau mendapat ide bahwa tempat itu baik untuk dibuat satu lapangan guna rapat umum yang mampu menampung sejuta rakyat. Presiden Soekarno juga mengusulkan untuk mendirikan Balai kota di tempat hotel Ciputra sekarang. Pelaksanaannya dengan cara gotong royong. seluruh warga Se-marang untuk menguruk sawah-sawah tadi dengan tanah. Dan akhirnya diresmikan tanggal 2 Juli 1969. Disitu Bapak Munadi (Gubernur Jawa Tengah waktu itu) mendapat inspirasi bahwa pada hakekatnya hari itu warga Semarang memindahkan alun-alun lama di kompleks pasar Johar ke alun-alun baru 'Simpang lima'.
Simpang Lima
Subscribe to:
Posts (Atom)