Monday, February 9, 2015

Mitos 'Ideal City'

Menurut Julian Huxley, mitos mula-mula timbul ketika manusia menginginkan keterangan-keterangan tentang keajaiban dunia di sekelilingnya. Untuk itu dicari petunjuk-petunjuk yang berbau mistis yang dipercayai dapat mengungkap keajaiban tadi. Dan seringkali melalui mitos manusia mencari jalan menuju kepada kebaikan, keseimbangan dalam kehidupan. Dengan upacara bersih desa 'Saparan' seperti telah diceritakan dimuka, jelas dengan pembersihan halaman, saluran-saluran air kotor, pembersihan sampah, dan sebagainya, tentu lingkungan akan menjadi sehat serta nyaman, demikian pula air sendang tidak tercemar oleh kotoran-kotoran.

Memang pada saat manusia belum mampu mengungkap kegelapan melalui rasio, kepercayaan-kepercayaan akan mitos sebagai arah bagi kelakuannya akan merupakan pedoman untuk kebijaksanaan manusia. Tetapi setelah ilmu pengetahuan berkembang dan manusia mampu menyingkap kegelapan melalui akal-budinya, istilah mitos menjadi lebih luas lagi. Tidak hanya sekedar cerita-cerita fiksi yang mistis, tetapi juga menyangkut teori atau ide-lde yang tidak mungkln terwujud.

Maka dari itu istilah mitos juga berlaku bagl teori-teori penataan kota yang Utopia. Seperti teori-teori penataan kota menurut para arsitek modernist di awal tahun 1920, tentang kota yang terdiri dari jalan-jalan yang lebar, gedung-gedung bertingkat di kanan-kirinya. Pendapat ini dimotivasi oleh keadaan soslal yang jelek di akhir abad ke 19 dimana kota-kota terdiri dari jalan-jalan yang sempit, rumah-rumah yang berjejal-jejal sumpek. Para modernist ini cenderung menyederhanakan hubungan sebab akibat antara tingkah-laku manusia dengan lingkungan fisiknya. Secara ekstrim mereka percaya bahwa lingkungan fisik dapat memotivator satu perubahan sosial, perubahan dari kondisi sosial yang jelek kearah perbaikan hidup. Teori ini ternyata gagal. Karena justru di gang-gang sempit dan kotak-kotak lift di dalam gedung bertingkat itulah gudang segala maksiat, mulai dari penodongan, pemerkosaan sampai ke pembunuhan. Dan yang digemborkan sebagai kota dan arsitektur yang 'ideal' kiranya hanya satu mitos saja.


Simpang Lima

No comments:

Post a Comment