Monday, February 9, 2015

Kardiovaskuler yang Tak Beres

Penataan kota yang terpadu harus merupakan satu koordinasi yang kompak antara faktor sirkulasi dan faktor tata guna tanah. Tentu dapat disimpulkan bahwa keadaan Simpang ini yang ramai dikunjungi orang, adalah akibat dari hubungan timbal balik antara fungsi-fungsi bangunan di sana dengan sistem aliran sirkulasi di dalam kota, di mana simpang lima merupakan titik simpul yang besar. Keterpaduan inilah yang membuat suasananya hidup.

Berdasarkan teori tersebut, maka usulan untuk menutup persimpangan ini dari kendaraan di malam Minggu nampak janggal. Karena dengan tertutupnya simpang lima bagi kendaraan. diharapkan dapat ditata menjadi tempat hiburan. walaupun fungsinya sebagai persimpangan lalu-lintas atau titik simpul sirkulasi kota dihilangkan. Bukankah ramainya Simpang lima karena dia adalah persimpangan dari lima jurusan?

Di samping itu akan timbul masalah yang kompleks pada jalan-jalan di sekitarnya seperti jalan Airlangga, jalan Mentri Supeno, jalan Pandanaran I dan II, jalan Seroja, serta jalan Ki Mangun Sarkoro. akan mengalami 'over louded trafic'. Jika diibaratkan sebagai susunan antara dua sistem yakni sistem Jasmani (wujud fisik) dan sistem rohani (wujud sosial), maka terganggunya sistem sirkulasi kota mirip 'Kardiovaskuler' yang tak beres kerjanya. Dengan terganggunya kardiovaskur, jasmanipun menjadi tidak sehat. Pengaruhnya tentu pada sistem rohani kota. misalnya warga kota yang tinggal di jalan Majapahit, untuk pergi ke jalan Pandanaran saja harus berputar-putar melalui jalan- jalan yang sempit dan padat volume lalu-lintasnya. Secara ekonomis berarti harus mengadakan dana bahan bakar tambahan. Secara sosial jelas tidak bisa cuci mata. Begitu dengan para penghuni rumah-rumah tinggal di jalan-jalan yang 'over loaded trafic' tadi penghuninya akan kehilang-an ketenangan dari suasana privacy, sebagai gantinya adalah suara kendaraan yang gaduh, yang serba tidak mengenakan.


Jalan Sekitar

No comments:

Post a Comment