Ujung Jalan Pemuda
Kota bagaikan manusia yang berkembang sangat cepat, baik bertambah besar ataupun justru mengecil mendekati keadaan sekarat. Perkembangan seperti ini dapat terjadi diseluruh wilayah kota atau bagian wilayah kota. Kota tidak akan berhenti berkembang sebab kedinamisan manusia yang hidup didalamnya. Bahkan kota mati sekalipun, yang tidak dihuni, adalah obyek riset akheologi untuk mengetahui bagaimana cara orang jaman dulu berhuni. Dalam kota yang baik orang mengorientasikan aktifitasnya ke titik tertentu, mengarah pada hidup yang dinamis. Dalam kota yang kehilangan orientasinya orang akan hidup tidak nyaman. Akan banyak stress, bunuh diri dan penyakit sosial yang lain.
Kota-kota dari berbagai negara memiliki tipologi yang berbeda. Itu dibuktikan dengan sosial ekonomi yang bermuara bentuk kota yang berbeda. Walaupun kota-kota tadi berada pada benua yang sama, masing-masing memiliki perilaku terhadap pusat kota lama yang berbeda. Dalam sejarahnya, mereka memiliki cara penglolaan kota yang berbeda. Makanya memiliki dampak aspek-aspek sosial, ekonomi, budaya, politik dan lingkungan yang berbeda.
Sebenarnya orientasi ideal sebuah kota adalah mengarah pada kota lama. Itu adalah orientasi aktifitas kota. Kota lama adalah pusat aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Mungkin saja ada pusat kota yang baru, tapi pusat yang lama masih merupakan bagian terpenting dari sebuah kota. Bagaimanapun kota lama atau kota tua adalah pusat memori dan nostalgia.Kota lama tidak dapat dihapus dari lingkungan kota atau diganti dengan bangunan baru seperti Le Corbusier ingin menghapus pusat kota paris dan menggantikannya dengan yang baru dan perumahan yang modern sebagai pusat bisnis anyar, dikenal dengan Plan Voisin proposal for Paris in 1925 (Kenneth Frampton, Modern Architecture a Critical History 1994: 155). Pusat kota lama akan tetap memiliki nialai lebih dari pada pusat kota baru yang tidak memiliki memori dan sejarah tentang manusia. Orientasi ke kota lama membuat kota menjadi teratur. Kalau orientasi ini hilang akan terjadi chaos dan penggunaan ruang yang tidak terencana, yang bermuara pada banyak masalah sosial.
Ada dua pilihan, pusat kota lama kalau bukan sumber masalah sosial, bagian kota yang sekarat, atau bagian kota yang nyaman dihuni, untuk bersantai dan pusat aktifitas urban. Tiap negara memiliki rencana yang berbeda bagi pusat kotanya berdasarkan kondisi yang ada dan masalah-masalah yang terkait. Dalam banyak hal topik yang rumit ini sangat memerlukan perhatian.
Banyak kota, khususnya di Eropa sukses dalam mengelola kota tuanya. Mereka efektif dalam menghidupkan kota tuanya dan mempertahankannya dari kerusakan akibat dari perang dunia ke dua. Sekarang pusat kota tua ini menjadi nukleus aktifitas kota dan bahkan pusat pariwisata. Kota-kota tua di Eropa selalu memiliki pusat kota yang mana gereja tua berada. Dia adalah pusat komunikasi, kehidupan sosial dan budaya diantara penghuni kota.
Apakah semua itu dapat terwujud di kota Semarang?
No comments:
Post a Comment